Lasted Post

mIRC Riwayatmu KINI

    • MIRC merupakan software yang sangat populer cyber terutama pada tahun 1990an sampai dengan 2000an. aplikasi ini sangatlah fenomenal bagiku mungkin aplikasi ini adalah aplikasi chating yang pertama yang aku kenal, terutama sebelum munculnya YM (yahoo messenger) yaitu saat aku sekolah di tingkat SMA yang maklumlah jaman dulu warnet masih jarang dan mahal, tidak seperti jaman sekarang yang akses internet sudah semakin mudah, apalagi jika kita pake indosat :) karena indosat kan juga indosat superwifi yang aksesnya ada dimana-mana, murah dan kuenceng lagi. 

      Huh kok malah ngelantur,, ake back to topic, di MIRC ada banyak server yang menghubungkan antar IRC User, antara lain dal.net, indo.net.id dan telkom.net.id, dan server yag dulu sering aku gunakan adalah dal.net karena dal.net adalah yang terbesar karena mencakup keseluruhan user diseluruh dunia, jadi dulu ketika mau ngobrol bareng orang luar negri tinggal join aja di room chat #US,#Australia atau #singapura dan masih banyak lagi. dan bisa juga kita join dengan sesama orang Indonesia tinggal pilih aja #semarang #ce_semarang atau yang lainnya.
      Dari mirc ini lah aku kenal istilah-istilah dalam chating antara lain :
      • ASL pls = age sex location please
      • brb = be right back
      • gtg = go to go
      • gr8 = great
      • thx = tanks
      • t4 = tempat
      • b4 = before
      Hahahaha lucu juga ya,, tapi ya begitulah, ternyata jaman dulupun sudah banyak bibit2 alay,, 
      Saat ini telah banyak aplikasi chat yang bermacam-macam apalagi di era smartphone, dan lucunya kita menggunakan beberapa aplikasi chat namun temannya tetap sama, hahahaha (termasuk aku juga). lalu dimana mirc sekarang?? aplikasi yang sudah sangat melegenda itu masih bisa kok di download di mirc.com lumayan gratis selama 30 hari. yah lumayan lah bagi yang ingin bernostalgia dengan aplikasi itu.
      Berikut sedikit tampilan dari mirc (bagi yang mau nostalgia)
    • Posted by Hashfi Kamerad Shivers
    • 0 Comments
    • Readmore . . .
    • Add Comment

About DEFCON


    • Gambaran DEFCON 5
      Defense readiness condition (DEFCON), yang berarti "kondisi kesiapan pertahanan", adalah keadaan siaga yang dipakai Angkatan Bersenjata Amerika Serikat.[1] Sistem DEFCON dikembangkan oleh Kepala Staf Gabungan dan komando tempur terpadu dan tertentu.[2] Sistem ini terdiri dari lima tingkat kesiapan (atau keadaan siaga) militer Amerika Serikat. Tingkat bahayanya naik dari DEFCON 5 (kurang berbahaya) sampai DEFCON 1 (paling berbahaya) dan disesuaikan dengan situasi militer saat itu.[1]
      DEFCON adalah subsistem dari rangkaian Alert Conditions, atau LERTCON, yang juga meliputi Emergency Conditions (EMERGCON).[3] Tidak ada status DEFCON tunggal yang berlaku di seluruh Amerika Serikat. Berbagai cabang militer bisa menetapkan tingkatan DEFCON yang berbeda pada saat yang sama. DEFCON tidak sama dengan sistem serupa yang dipakai militer A.S., seperti Force Protection Conditions (FPCONS), Readiness Conditions (REDCONS), Information Operations Condition (INFOCON) dan calon penggantinya Cyber Operations Condition (CYBERCON),[4] danWatch Conditions (WATCHCONS), atau bekas Homeland Security Advisory System yang dipakai Departemen Keamanan Dalam Negeri Amerika Serikat.

      Tingkatan[sunting | sunting sumber]

      DEFCON memiliki tingkatan yang beragam sesuai komandonya dan berubah-ubah seiring waktu.[2] Departemen Pertahanan Amerika Serikat menggunakan istilah latihan untuk menyebut DEFCON.[5] Istilah latihan ini bertujuan menghapus kebingungan komando latihan dengan komando operasional yang sebenarnya.[butuh rujukan] Pada tanggal 12 Januari 1960, NORAD "mengusulkan pemakaian kondisi kesiapan sistem JCS", dan informasi tentang tingkatan tersebut diungkapkan tahun 2006:[6]
      Kondisi kesiapanIstilah latihanPenjelasanKesiapanWarna
      DEFCON 1COCKED PISTOLPerang nuklir akan terjadiKesiapan maksimum     Putih
      DEFCON 2FAST PACETahap menjelang perang nuklirAngkatan Bersenjata siap dikerahkan dan bertempur kurang dari 6 jam     Merah
      DEFCON 3ROUND HOUSEKesiapan pasukan ditingkatkan melebihi kesiapan normalAngkatan Udara siap dimobilisasi dalam 15 menit    Kuning
      DEFCON 4DOUBLE TAKEPengawasan intelijen ditingkatkan dan keamanan diperketatKesiapan di atas normal     Hijau
      DEFCON 5FADE OUTKesiapan terendahKesiapan normal     Biru
      Film dan budaya masyarakat sering menyalahgunakan sistem DEFCON dengan "naik ke DEFCON 5" ketika sedang dalam keadaan darurat.[7] Padahal DEFCON 5 adalah kondisi kesiapan terendah. Kondisi tertinggi, DEFCON 1, belum pernah digunakan.

      Sejarah[sunting | sunting sumber]

      Setelah NORAD dibentuk, komando menggunakan berbagai tingkatan kesiapan (Normal, Increased, Maximum) yang dibagi menjadi delapan kondisi, misalnya tingkatan "Maximum Readiness" (Kesiapan Maksimum) memiliki dua jenis kondisi: "Air Defense Readiness" (Kesiapan Pertahanan Udara) dan "Air Defense Emergency" (Darurat Pertahanan Udara).[6]Pada Oktober 1959, Ketua JCS memberitahu NORAD "bahwa Kanada dan A.S. telah menandatangani perjanjian peningkatan kesiapan operasional pasukan NORAD saat terjadi ketegangan internasional."[6] Setelah perjanjian ini diberlakukan tanggal 2 Oktober 1959,[6] JCS menetapkan sistem DEFCON untuk komando militer pada November 1959.[8]Sistem DEFCON awalnya memiliki kondisi "Alpha" dan "Bravo" (di bawah DEFCON3) dan Charlie/Delta di bawah DEFCON4, plus tingkatan "Emergency" yang lebih tinggi daripada DEFCON1 dengan dua kondisi: "Defense Emergency" dan "Air Defence Emergency" (paling tinggi). Istilah latihannya adalah "Hot Box" dan "Big Noise".[6]
      Nyaris sepanjang Perang Dingin, situs-situs ICBM Amerika Serikat disiagakan di DEFCON 4, bukan 5.[butuh rujukan]

      DEFCON 2[sunting | sunting sumber]

      Krisis Rudal Kuba[sunting | sunting sumber]

      Tingkat DEFCON tertinggi yang pernah digunakan
      DEFCON tertinggi yang pernah digunakan adalah DEFCON 2. Selama Krisis Rudal Kuba tanggal 22 Oktober 1962, Angkatan Bersenjata A.S. diperintahkan siaga di DEFCON 3. Tanggal 26 Oktober, Strategic Air Command (SAC) disiagakan di DEFCON 2, sedangkan seluruh Angkatan Bersenjata A.S. tetap berada di DEFCON 3. SAC masih berstatus DEFCON 2 sampai 15 November.[9]

      DEFCON 3[sunting | sunting sumber]

      Perang Yom Kippur[sunting | sunting sumber]

      Angkatan Bersenjata A.S. disiagakan di DEFCON 3 saat Perang Yom Kippur pecah tahun 1973.[9]

      Serangan 11 September[sunting | sunting sumber]

      Militer Amerika Serikat berstatus DEFCON 3 untuk ketiga kalinya ketika serangan 11 September 2001 terjadi. Menteri Pertahanan Amerika SerikatDonald Rumsfeld memerintahkan peningkatan status DEFCON dan bersiap-siap dinaikkan lagi ke DEFCON 2, namun tidak pernah dilakukan.[10]

      Operasi[sunting | sunting sumber]

      Tingkatan DEFCON dikendalikan oleh Presiden Amerika Serikat dan Menteri Pertahanan melalui Ketua Kepala Staf Gabungan dan Komandan Tempur. Setiap tingkatan DEFCON menentukan keamanan tertentu, pengaktifan, dan skenario respon bagi angkatan bersenjata.
      Cabang-cabang Angkatan Bersenjata A.S. (seperti Angkatan DaratAngkatan LautAngkatan Udara) dan pangkalan atau grup komando bisa disiagakan di tingkatan yang berbeda.
      Kenyataannya, tidak ada status DEFCON tunggal untuk seantero Amerika Serikat. Status ini ditentukan secara individual oleh masing-masing cabang militer.[butuh rujukan]
      The DEFCON Warning System adalah situs/blog swasta yang tidak terkait dengan lembaga pemerintahan apapun dan tidak melaporkan tingkatan DEFCON di setiap cabang militer.[11]
    • Posted by danker keren
    • 0 Comments
    • Readmore . . .
    • Add Comment

Top Secret di Zamannya : Operasi Alpha

    • TOP SECRET: “Operasi Alpha” Sangat Rahasia Era Rezim Orde Baru, Terkuak!

      classified header

      Top Secret Terkuak!
      “Operasi Alpha” Saat Rezim Orde Baru

      “Operasi Alpha” (Alpha Operation), TNI-AU Melakukan Pembelian 32 Pesawat A4 Skyhawk Secara Rahasia Dari Israel.
      Alpha operation Indonesian Air forces A-4_TNI-AU header
      “Mengecewakan! Rencana terbang yang susah payah sudah kususun rapi, langsung dibatalkan pagi-pagi. Aku mendapat perintah untuk menghadap komandan skadron. Yang terpikir, aku tidak lulus latihan terbang di Israel dan pulang ke Indonesia sebagai pilot pesakitan.
      Semua bayangan buruk musnah sudah. Aku ternyata menerima perintah baru untuk terbang dalam format sama, tetapi berbeda rute. Sebuah peta disodorkan lengkap dengan titik-titik rute.
      Ada sebuah garis merah yang wajib diterobos masuk dan dalam waktu dua belas menit harus kembali ke luar. Yang membuatku gugup, garis merah itu adalah garis perbatasan antara Israel dan Suriah”.
      Cerita diatas adalah sepenggal kisah dari seorang pilot yang tergabung dalam Operasi Alpha (Operation Alpha), yaitu operasi clandestine (operasi gelap, diam-diam dan sangat rahasia) terbesar yang dilakukan oleh TNI AU, dimana TNI AU melatih pilot dan melakukan pembelian 32 pesawat A-4 Skyhawk dari Israel.
      Berikut adalah kutipan tentang Operasi Alpha yang diambil dari buku otobiografi Djoko F Poerwoko “Menari di Angkasa”.
      Operasi Alpha
      Memasuki tahun 1979, isu tentang bakal dilakukannya pergantian kekuatan pesawat-pesawat tempur TNI AU sudah mulai bergulir. Hal ini sebenarnya wajar saja, mengingat kondisi pesawat tempur F-86 Sabre dan T-33 Thunderbird memang sudah tua.
      http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/8/8f/TNIAU_F86.png/800px-TNIAU_F86.png http://i186.photobucket.com/albums/x157/imbang76/langit/t-33-04.jpg
      Keterangan gambar atas (klik untuk memperbesar): pesawat tempur milik TNI AU yang sudah tua, F-86 Sabre (kiri) dan T-33 Thunderbird (kanan).
      Karena kedua jenis pesawat tersebut sudah tua, sehingga kemudian pemerintah harus mencari negara produsen yang bisa menjual pesawatnya dengan segera. Amerika Serikat ternyata bisa memberikan 16 pesawat F-5 E/F Tiger II. Tetapi ini masih belum cukup untuk mengisi kekosongan skadron-skadron tempur Indonesia.
      Dari penggalian intelijen, Mabes ABRI ternyata kemudian mendapatkan berita bahwa Israel bermaksud akan melepaskan armada A-4 yang mereka miliki. Indonesia dan Israel memang tidak memiliki hubungan diplomatik.
      Tetapi pada sisi lain, pembelian armada pesawat tersebut akhirnya terus diupayakan secara klandestin (rahasia), oleh karena pasti akan menjadi polemik dalam masyarakat apabila tersiar di media massa.
      Menuju Arizona, Amerika Serikat
      Usai tugas menerbangkan F-86 Sabre aku sempat terbang lagi dengan T-33. Namun pada kenyataannya, kondisi kedua pesawat tempur tersebut sudah sangat jauh menurun. Kami semua akhirnya bersyukur, setelah dibuka dua proyek besar untuk mendatangkan kekuatan baru melalui Operasi Komodo yakni pesawat Northrop F-5 E/F Tiger II, sertaOperasi Alpha untuk menghadirkan pesawat A-4 Skyhawk.
      pesawat A4 Skyhawk dan F5 Tiger
      Kerahasiaan tingkat tinggi sudah terlihat dari tata cara pemberangkatan personel. Saat kami semua sudah siap untuk berangkat, tidak seorang pun tahu, kemana mereka harus pergi.
      Operasi Alpha dimulai dengan memberangkatkan para teknisi Skadron Udara 11. Setelah tujuh gelombang teknisi, maka berangkatlah rombongan terakhir yang terdiri dari sepuluh penerbang untuk belajar mengoperasikan pesawat.
      Sebagai tim terakhir, kami mendapat pembekalan secara langsung di Mabes TNI AU. Awalnya hanya mengetahui bahwa para penerbang akan berangkat ke Amerika Serikat untuk belajar terbang disana sedangkan informasi lainnya masih sangat kabur.
      Setelah mengurus segala macam surat-surat dan beragam kelengkapan berbau “Amerika”, akhirnya kami berangkat menuju Singapura, dengan menggunakan penerbangan Garuda Indonesia dari Bandara Halim Perdanakusuma.
      http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/7/7a/Ew8_Paya_Lebar.jpg/320px-Ew8_Paya_Lebar.jpg
      Bandara Paya Lebar Singapura
      Kami mendarat pada senja hari di Bandara Paya Lebar, Singapura, langsung diantar menuju hotel Shangrila.
      Di hotel tersebut ternyata telah menunggu beberapa petugas intel dari Mabes ABRI, berikut sejumlah orang yang masih asing dan sama sekali tidak saling dikenalkan.
      Kami akhirnya mulai menemukan jawaban bahwa arah sebenarnya tujuan kami bukanlah ke Amerika Serikat melainkan ke Israel. Sebuah negara yang belum terbayangkan keadaannya dan mungkin paling dibenci oleh masyarakat Indonesia.
      Saat itu salah satu perwira BIA (Badan Intelijen ABRI, BAIS sekarang) yang telah menunggu, segera mengambil semua paspor yang kami miliki dan mereka ganti denganSurat Perintah Laksana Paspor (SPLP). Keterkejutanku semakin bertambah dengan kehadiran Mayjen Benny Moerdani, waktu itu kepala BIA, mengajak rombongan kami makan malam.
      Dalam kesempatan tersebut beliau dengan wajah dingin dan kalimat lugas, tanpa basa-basi langsung saja mengatakan:
      ”Misi ini adalah misi rahasia, maka yang merasa ragu-ragu, silahkan kembali sekarang juga. Kalau misi ini gagal, negara tidak akan pernah mengakui kewarganegaraan kalian. Namun, kami tetap akan mengusahakan kalian semua bisa kembali dengan jalan lain. Misi ini hanya akan dianggap berhasil, apabila ‘sang merpati ‘ (pesawat yang dibeli – pen.) telah hinggap…”
      Mendengar ucapan beliau, perasaanku langsung bergetar! Wah, ini sudah menyangkut operasi rahasia beneran mirip James Bond, bahkan sekalanya lebih besar!
      http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/9/9d/Leonardus_Benyamin_Moerdani.jpg
      Leonardus Benyamin Moerdani (wikipedia)
      Bagaimana mungkin membawa satu armada pesawat tempur masuk ke Indonesia tanpa diketahui orang?
      Rasa terkejut semakin besar, oleh karena kami bersepuluh kemudian langsung berganti identitas yang mesti kuhapal diluar kepala saat itu juga.
      Setelah acara makan malam di hotel, kami harus segera bergegas kembali menuju Bandara Paya Lebar Singapura dan terbang menuju Frankfurt dengan menggunakan Boeing 747 Lufthansa.
      Mulai sekarang, kami tidak boleh bertegur sapa, duduk saling terpisah, namun masih dalam batas jarak pandang.
      Begitu mendarat di Bandara Frankfurt, kami harus berganti pesawat lagi untuk menuju Bandara Ben Gurion di Tel Aviv, Israel. Perjalanan semakin aneh, baru saja berdiri bengong karena masih jet lag, tiba-tiba seseorang langsung menyodorkan boarding passuntuk penerbangan berikutnya tersebut, yaitu ke Tel Aviv.
      Sampai di Bandara Ben Gurion Tel Aviv sesudah terbang sekitar empat jam, aku pun turun bersama para penumpang lain dan teman-temanku. Saling pandang dan cuma melirik saja, harus kemana jalan, cuma mengikuti arus penumpang lain yang menuju pintu keluar.
      Tetapi tanpa terduga, sebagai bagian dari operasi intelijen, kami malah mendapat perlakuan tidak menyenangkan. Karena kami langsung ditangkap dan digiring petugas keamanan bandara Ben Gurion!
      Hanya bisa pasrah, oleh karena memang tidak tahu skenario apalagi yang harus dijalankan, yang ada hanya manut saja dengan hati berdebar.
      http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/8/89/David_Ben-Gurion_Airport.JPG/320px-David_Ben-Gurion_Airport.JPG
      Bandara Ben Gurion Tel Aviv, Israel
      Tamatlah riwayatku kini. Kubayangkan, betapa hebatnya agen rahasia Mossad yang dapat dengan cepat mengendus penumpang gelap tanpa paspor yang berusaha menyelundup masuk ke negaranya.
      Meski dengan sopan si Mossad memperlakukan kita, namun tetap saja kami berpikiran buruk.
      Kami semua akan langsung dideportasi atau dihukum mati minimal dipenjara seumur hidup. Sebab tidak ada bukti, siapa yang memberi perintah datang ke Israel.
      Sampai diruang bawah tanah, perasaan kami tenang setelah melihat para perwira BIA yang dilibatkan dalam Operasi Alpha ada disana. Kemudian baru aku tahu, kami memang sengaja di-skenario-kan untuk ditangkap dan justru bisa lewat ‘jalur khusus’ guna menghindari public show apabila harus ke luar lewat jalur umum.
      Kami langsung menerima brifing singkat mengenai berbagai hal yang harus diperhatikan selama berada di Israel. Yang tidak enak adalah kegiatan sesudahnya yaitu sweepingsegala macam barang bawaan yang berlabel made in Indonesia.
      Kami juga diajarkan untuk menghapal sejumlah kalimat bahasa Ibrani, “Ani tayas mis Singapore” yang artinya aku penerbang dari Singapura. Ada sapaan “boken tof ” berarti selamat pagi dan shallom sebagai sapaan saat bertemu dengan kawan.
      Eliat, Pangkalan Udara Rahasia
      Semalam tidur di hotel, kami kemudian diangkut dalam satu mobil van menuju arah selatan menyusuri Laut Mati. Setelah dua hari perjalanan, kami sampai dikota Eliat.
      eilat_israel mapPerjalanan dilanjutkan kembali ditengah padang pasir, setelah melewati beberapa pos jaga, akhirnya van masuk ke sebuah pangkalan tempur besar diwilayah barat kota Eliat.
      Di Israel, pangkalan tidak pernah memiliki nama pasti. Nama pangkalan hanya berupa angka dan bisa berubah.
      Bisa saja nama pangkalan itu adalah base number nine dihari tertentu, namun esoknya bisa diganti dengan angka lain. Sesuai kesepakatan bersama, kami menyebut tempat ini dengan ‘Arizona’ oleh karena dalam skenario awal kami memang disebutkan akan berlatih terbang di Amerika.
      Total waktu rencana pelatihan selama empat bulan. Selama itu para penerbang melaksanan kegiatan pelatihan, dari ground school hingga bina terbang, agar mampu mengendalikan pesawat A-4 Skyhawk. Latihan terbang diawali dengan general flyingsebanyak dua jam, ditemani instruktur Israel.
      Setelah itu, kami semua sudah boleh terbang solo. Latihan kemudian dilanjutkan dengan pelajaran yang lebih tinggi tingkat kesulitannya. Kali ini kami harus mampu mengoperasikan pesawat A-4 sebagai alat perang.
      Selama di Eliat, walau terjadi berbagai macam masalah, namun tidak sampai mengganggu kelancaran latihan. Masalah utama tentunya bahasa, sebab tidak semua penerbang Israeli Air Force (IAF) bisa berbahasa Inggris, sedangkan kami tidak diajari berbahasa Ibrani secara detail.
      Masalah lain adalah telalu ketatnya pengawasan yang diberlakukan kepada para penerbang. Bahkan kami semua selalu dikawani satu flight pesawat tempur selama berlatih.
      http://www.aereo.jor.br/wp-content/uploads//2012/11/AIR_A-4N_Skyhawks_Israeli_lg.jpg
      A-4 Skyhawk, Israeli Air Force (IAF) sedang bermanufer (aereo.jor.br)
      Pelajaran terbang yang efektif. Misalnya terbang formasi tidak perlu jam khusus tetapi digabung latihan lain seperti saat terbang navigasi atau air to air, sehingga dengan jam yang hanya diberikan sebanyak 20 jam/20 sorti, kami semua dapat mengoperasikan A-4 sebagai alutsista.
      Dalam siklus ini pula, aku pernah menembus sistem radar Suriah dengan instruktur ku!
      Latihan terbang kami berakhir tanggal 20 Mei 1980 dengan dihadiri oleh beberapa pejabat militer Indonesia yang semuanya hadir dengan berpakaian sipil. Kami mendapat brevet penerbang tempur A-4 Skyhawk dari IAF. Rasanya bangga, oleh karena kami dididik penerbang paling jago di dunia.
      Namun kegembiraaan selesai pendidikan segera berubah sedih, oleh karena brevet dan ijazah langsung dibakar didepan mata kami oleh para perwira BIA yang bertindak sebagai perwira penghubung.
      Kami dikumpulkan di depan mess dan barang-barang kami disita lalu segera dibakar. Termasuk brevet, peta navigasi, catatan pelajaran selama dipangkalan ini. Mereka hanya berpesan, tidak ada bekas atau bukti kalau kalian pernah kesini. Maka hapalkan saja dikepala semua pelajaran yang pernah diperoleh!
      Wing Day di Amerika
      Selesai pendidikan di Israel, kami tidak langsung pulang ke Indonesia, namun diterbangkan dulu ke New York. Semalam di New York, kemudian diajak ke Buffalo Hill di dekat air terjun Niagara.
      http://media-cdn.tripadvisor.com/media/photo-s/01/c8/f6/ca/1-block-to-the-falls.jpg
      Air terjun Niagara Falls (tripadvisor.com)
      Ternyata kami sengaja dikirim kesana untuk bisa melupakan kenangan tentang Israel. Kami diberi uang saku yang cukup banyak menurut hitungan seorang Letnan Satu.
      Aku juga dibelikan kamera merek Olympus F-1 lengkap dengan filmnya dan diwajibkan mengambil foto-foto dan mengirim surat atau kartu pos ke Indonesia untuk menguatkan alibi, bahwa kami semua benar-benar menjalani pendidikan terbang di AS.
      Akhirnya selama ada objek yang menunjukkan tanda medan atau bau AS, pasti langsung dipakai sebagai background foto. Tidak terkecuali pintu gerbang hotel, nama toko bahkan sampai tong sampah bila ada tulisan United State of America pasti dijadikan sasaran foto.
      Aku dibawa lagi ke New York, para penerbang kemudian diberikan program tur keliling AS selama dua minggu, mencoba tidur di sepuluh hotel yang berbeda dan mencoba semua sarana transportasi dari pesawat terbang hingga kapal, wow!
      http://www.airshowactionphotography.com/yuma06/yuma06_084.jpg
      Yuma Air Station – Northrop F-5E ‘Tiger’ VMFT-401 USMC MCAS Yuma, Arizona USA (airshowactionphotography.com)
      Di Yuma, Arizona, kami telah diskenariokan masuk latihan di pangkalan US Marine Corps (USMC), Yuma Air Station. Tiga hari dipangkalan tersebut, kami dibekali dengan pengetahuan penerbangan A-4 USMC, area latihan dan mengenal instrukturnya.
      Kami juga wajib berfoto, seakan-akan baru diwisuda sebagai penerbang A-4, sekaligus menerima ijasah versi USMC. Ini sebagai penguat kamuflase intelijen, bahwa kami memang dididik di AS. Salah satu foto wajib adalah berfoto di depan pesawat-pesawat A-4 Skyhawk USMC!
      Sebelum pulang ke tanah air, aku juga mendapat perintah untuk menghapalkan hasil-hasil pertandingan bulu tangkis All England. Tambahannya, aku juga diharapkan menghapal beberapa peristiwa penting yang terjadi di dunia, selama aku diisolasi di Israel. Pelajaran mengenai situasi dunia luar tersebut terus diberikan, meskipun kami sudah berada di perut pesawat Branif Airways dengan tujuan Singapura.
      rute perjalanan operasi alpha
      Sang Merpati Hinggap
      Tanggal 4 Mei 1980, persis sehari sebelum pesawat C-5 Galaxy USAF mendarat di Lanud Iswahyudi Madiun yang mengangkut F-5 E/F Tiger II dan paket A-4 Skyhawk gelombang pertama, terdiri dua pesawat single seater dan dua double seater tiba di Tanjung Priok.
      Pesawat-pesawat tersebut diangkut dengan kapal laut langsung dari Israel, dibalut memakai plastik pembungkus, cocoon berlabel F-5. Dengan demikian, seakan-akan menjadi satu paket proyek kiriman pesawat terbang, namun diangkut dengan media transportasi berbeda.
      TNIAU_f5 Tiger 01
      Nantinya ketika sudah kembali lagi di Madiun, kepada atasan pun kukatakan bahwa pelatihan A-4 adalah di Amerika. Sebagai bukti kuperlihatkan setumpuk fotoku selama berada di Amerika. Ingin melihat foto New York, aku punya. Mau melihat foto Akademe AU di Colorado, aku punya.
      Karena percaya, atasanku di Wing-300 malah sempat berkata, “Saya kira tadinya kamu belajar A-4 di Israel, enggak tahunya malah di Amerika. Kalau begitu isu tersebut enggak benar ya?”
      Last but not least, gelombang demi gelombang pesawat A-4 akhirnya datang ke Indonesia setiap lima minggu, lalu semuanya lengkap sekitar bulan September 1980.
      TNIAU_A4 Skyhawk 01
      Berprestasi Tapi Harus Menutup Diri
      Saat F-5 datang ke Indonesia, ternyata masih belum dilengkapi dengan persenjataan. Sedangkan A-4 justru sudah dipersenjatai dan langsung bisa digunakan dalam tugas-tugas operasional. Sehingga apa saja kegiatan TNI AU baik operasi maupun latihan selalu identik dengan F-5, walau kadang-kadang yang melakukannya adalah pesawat A-4.
      A-4 tetaplah A-4 dan samasekali bukan F-5. Kondisi serba rahasia bagi armada A-4 bertahan sampai perayaan HUT ABRI tanggal 5 Oktober 1980, dimana fly pass pesawat tempur ikut mewarnai acara tersebut.
      Pesawat A-4 tampil bersama-sama F-5 dimana untuk pertama kalinya pesawat A-4 dipublikasikan dalam event besar. Setelah ini, sedikit demi demi sedikit mulailah keberadaan A-4 dibuka secara jelas. Tidak ada lagi tabir yang sengaja dipakai untuk menutupi keberadaan pesawat A-4 di mata rakyat Indonesia.
      f-5 tiger tni au
      Mencari detail tentang Operasi Alpha susahnya minta ampun, karena tidak ada penerbang yang berangkat ke Israel selain Djoko Poerwoko yang mau menceritakan pengalamannya. Terima kasih yang sebesar-besarnya untuk beliau yang mau menceritakan pengalamannya didalam 3 buku, walaupun mencari buku tersebut juga susahnya bukan main.
      Buku “My Home My Base” hanya untuk kalangan internal TNI AU, Buku “Fit Via Vi” yang merupakan otobiografi dari beliau juga masih merupakan cetakan untuk kalangan terbatas.
      Buku “Menari di Angkasa” adalah buku “Fit Via Vi” yang dicetak untuk umum, walaupun begitu tetep aja susah nyarinya (saya merasa beruntung memilikinya). Bahkan dibuku otobiografinya Benny Moerdani tidak dibahas sama sekali.
      Terimakasih juga untuk Metro TV yang beberapa bulan lalu juga menayangkan tentang Operasi Alpha dalam acara Special Operation (di liputan tersebut ada wawancara dengan Djoko Poerwoko dan satu orang pilot lagi, tapi lupa namanya).
      sky-hawk tni au
      Kontroversi tentang pengungkapan pembelian A-4 dari Israel ke publik juga diungkap oleh beliau dibukunya, beliau menulis:
      “Saat buku ‘My Home My Base’ diluncurkan, ada polemik yang menyisakan kenangan, yaitu cerita tentang keterlibatan ke Israel untuk mengambil A-4 Skyhawk. Banyak orang mempertanyakan, mengapa aku mengumbar rahasia negara. Dengan singkat hanya kujawab, “Siap, saya sudah minta ijin KASAU dan beliau mengijinkan, karena kita sebagai prajurit tidak boleh selamanya membohongi rakyat. Maka mereka yang bertanya pun tidak lagi berkomentar.
      Memang, didalam buku “My Home My Base” kutulis sedikit tentang perjalanan ke Israel untuk berlatih terbang A-4. Bukan untuk mencari sensasi, aku sudah menimbangnya masak-masak untung dan ruginya.
      pilotNamun sebelumnya, tentu saja aku minta ijin KASAU sebagai salah satu senior A-4 dan pemimpin tertinggi Angkatan Udara.
      Beliau (pak Hanafie) ternyata mengizinkan, sehingga tulisan itu go ahead.”
      Untuk generasi sekarang, mungkin banyak yang masih bingung, mengapa dan apa istimewanya operasi ini.
      Mungkin mereka tak merasakan bahwa Indonesia tak ada hubungan bilateral dengan Israel sejak awal merdeka, apalagi hubungn diplomatik ataupun hubungan politik, tak pernah terjadi.
      Sebagai informasi tambahan, hingga saat ini bahkan setelah A-4 di grounded pada tahun 2004, Mabes TNI AU tidak pernah mengakui operasi alpha pernah terjadi!
      (Sumber : Poerwoko, Djoko F / Menari di Angkasa / Kata Hasta Pustaka / Jakarta. 2007)
      TNIAU_Sabre
      Pilot tempur AURI berpose bersama dengan latar belakang pesawat tempur F-86 Sabre
    • Posted by Hashfi Kamerad Shivers
    • 0 Comments
    • Readmore . . .
    • Add Comment

Popular Post

Labels

Followers

Likenya Shivers =3

Diberdayakan oleh Blogger.

- Copyright © 2013 Hashfi Tobing a.k.a DJ William Vendetta - Oreshura - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -