Posted by : Hashfi Kamerad Shivers Selasa, 27 Mei 2014

Waktu   : 14 Oktober 1973
Tempat : Delta Nil, Mesir
Hasil     : Kemenangan Mesir

Kekuatan: 

-Mesir : 62 MiG-21
-Israel : 160 F-4 Phantom dan A-4 Skyhawk

Komandan

Hosni Mubarak, Komandan AU Mesir (Kelak menjadi penerus Anwar Saddat sebagai Presiden Mesir).
Hosni Mubarak, Komandan AU Mesir (Kelak menjadi penerus Anwar Saddat sebagai Presiden Mesir).

Benjamin "Benny" Peled, komandan AU Israel.
Benjamin "Benny" Peled, komandan AU Israel.


Pertempuran Udara Al Mansurah adalah sebutan dari Mesir untuk pertempuran udara yang berlangsung selama Perang Yom Kippur antara Angkatan Udara Mesir (EAF) dan Angkatan Udara Israel (IAF) di dekat kota El Mansoura, di Delta Nil.

Angkatan udara Israel melancarkan serangan udara pada 14 Oktober ke pangkalan udara Mesir di Tanta dan Mansoura. Pesawat Israel terdeteksi mendekati dari Laut Mediterania. 104th Air Wing dari angkatan udara Mesir menyebar pesawat tempurnya, serta menerima bala bantuan tambahan dari pangkalan udara lainnya. Pertempuran udara mulai pukul 15:15 dan berlangsung 53 menit. Komandan Mesir adalah Hosni Mubarak. Menurut sumber-sumber Mesir, beberapa pesawat tempur Israel jatuh, meskipun hal ini dibantah oleh sumber-sumber Israel.


MiG-21 AU Mesir
MiG-21 AU Mesir

Latar Belakang

104th Air Wing memiliki tiga skuadron dilengkapi dengan pesawat tempur MiG-21MF; dua skuadron ditempatkan di Mansoura, bertugas sebagai pencegat dan pertahanan udara, dan ketiga ditempatkan di pangkalan udara Tanta untuk mempertahankan kedua pangkalan udara. AU Israel telah membuat beberapa serangan terhadap pangkalan udara Mansoura dari 6 Oktober dan seterusnya, namun gagal karena rapatnya arsenal pertahanan udara Mesir.

Saat fajar pada tanggal 14 Oktober, ketika pasukan Mesir mendapat kemajuan di Sinai Mitla dan Jalur Gedy, pasukan darat diberi dukungan udara oleh MiG-17, Su-7, Su-20 dan pembom tempur Mirage III. Ini pada gilirannya diberi perlindungan oleh MiG-21. Meskipun serangan Mesir pada tanggal 14 Oktober berujung pada kegagalan dan mencapai puncaknya pada kerugian besar, AU Israel bertekad untuk menghancurkan kemampuan Air Wing 104th. Sebuah serangan udara besar-besaran akan diluncurkan terhadap pangkalan udara di Salihiya, Mansoura dan Tanta.

Sebagai buntut dari Perang Enam Hari, saat AU Mesir kehilangan hampir semua pesawat di darat pada serangan pre-emptive Israel, Mesir membangun 500 tempat pelindungan pesawat dari beton di 20 pangkalan udara utama untuk mencegah pesawat dari kehancuran di darat dalam konflik di masa depan .

Pada tanggal 14 Oktober, ketika Mesir maju dari front mereka sepanjang Terusan Suez, sebuah serangan udara Israel diperkirakan akan datang ditujukan terhadap pangkalan udara Mansoura cepat atau lambat, dan akibatnya sejumlah MiG-21 bersiaga penuh di landasan pacu dengan pilot mereka, siap untuk segera lepas landas. Pada 15:00, masih belum ada indikasi serangan musuh yang akan datang.


F-4 Phantom AU Israel
F-4 Phantom AU Israel

Kronologi

Pukul 15:15, pos pengamatan udara di Laut Mediterania memberitahu AU Mesir bahwa 20 F-4 Phantom mendekat dari ke arah barat menuju Delta, terbang di atas Port Said. Komandan AU Mesir, Marsekal Hosni Mubarak memerintahkan Jenderal Naser menyebar 16 MiG-21. Perintah AU Mesir percaya pesawat musuh hanya umpan dimaksudkan untuk menarik MiG-21 agar jauh dari pangkalan udara, sehingga gelombang lebih lanjut dari pesawat AU Israel bisa menyerang pangkalan udara tanpa gangguan. Oleh karena itu pilot pesawat tempur diperintahkan untuk membuat payung pelindung di atas pangkalan udara. Yang paling penting, mereka diperintahkan untuk tidak mengejar dan menghajar pesawat musuh sebelum mereka mencapai target mereka.

Para pilot bingung dengan perintah, tidak tahu alasan di balik itu, karena mereka diharapkan untuk segera menghajar pesawat musuh setelah disebar. Dalam peristiwa tersebut, pesawat tempur Israel terus terbang berputar untuk beberapa waktu sampai, ketika tahu AU Mesir tidak akan meninggalkan daerah sekitar pangkalan udara Mansoura, Phantom mundur kembali ke arah laut.

Pukul 15:30, Komando Pertahanan Udara Mesir mengeluarkan peringatan bahwa sekitar enam puluh pesawat musuh yang mendekat dari Laut Mediterania dari tiga arah; salah satu dari Port Said, satunya lagi dari Damietta, dan yang ketiga dari Baltim, di sebelah barat Damietta. Mubarak memerintahkan pilot di udara untuk mencegat mereka. 16 MiG-21 membentuk payung udara di atas Mansoura bergerak terhadap pesawat Israel dengan tujuan melmecah formasi musuh dan membubarkannya. 16 MiG-21 lepas landas dari pangkalan udara Mansoura untuk mendukung mereka di udara, bersama dengan delapan pesawat tempur dari pangkalan udara Tanta, terletak di sebelah barat Mansoura. MiG-21 mencegat formasi pesawat Israel belasan kilometer utara dari Mansoura.

Pada 15:38, instalasi radar Mesir memberitahu AU Mesir bahwa gelombang kedua sekitar 16 pesawat Israel datang dari atas Mediterania pada ketinggian sangat rendah. Pilot Mesir bergegas menuju delapan MiG - 21 di Mansoura, sementara delapan MiG-21 dari pangkalan udara Abu Hamad dipanggil untuk membantu. Berikutnya pertempuran udara sangat intens, melibatkan sejumlah besar pesawat. Pada satu titik, pertempuran melibatkan 62 MiG-21 dengan 120 F-4 Phantom dan A-4 Skyhawks. Beberapa pesawat pembom tempur Israel mencapai sasaran mereka dan membom landasan pacu dan pertahanan udara di sekitar pangkalan udara. Sementara delapan pesawat terakhir dari Mansoura lepas landas, pesawat Israel mendekat untuk membom landasan. Nasr Mousa, pilot salah satu dari delapan MiG-21, melihat sebuah phantom Israel mengejarnya. Mousa membuat gerakan tiba-tiba, yang membuat posisinya berada di belakang Phantom. Dia menembak jatuh Phantom dengan tembakan senapan mesin pesawat, dan tidak ada parasut muncul. Medhat 'Arafa, seorang pilot Mesir, mengingat "Pertempuran ini adalah pemandangan menakutkan karena saya belum pernah melihat begitu banyak pesawat di satu daerah . Kami tidak hanya dogfighting (Kejar-kejaran), tetapi juga memperingatkan pilot lain bahwa mereka diikuti musuh di belakang mereka...". Phantom Israel harus membuang muatan bom mereka untuk bertempur dengan pesawat MiG yang lebih lihai bermanuver. Pilot Mesir harus mendaratkan pesawat mereka, dipersenjatai kembali, mengisi bahan bakar dan lepas landas lagi dalam waktu tujuh menit. Lepas Landas biasanya butuh waktu tiga menit, tetapi menurut Naser, pilot mampu melakukannya dalam satu hingga setengah menit selama pertempuran udara.

A-4 Skyhawk AU Israel
A-4 Skyhawk AU Israel

Pada 15:52, radar mendeteksi gelombang lain dari pesawat musuh, diperkirakan ada hingga 60 F-4 Phantoms dan A-4 Skyhawks menuju pangkalan udara. Delapan MiG-21s dari 102nd  Air Wing lepas landas dari pangkalan udara Inshas, dekat Kairo. Sekitar 20 MiG-21s yang mendarat, mengisi bahan bakar dan dipersenjatai kembali di pangkalan udara Mansoura juga segera dalam perjalanan untuk mencegat pesawat Israel. Sebuah pertempuran udara berkecamuk atas desa Delta Nil, Dekernis, di mana pesawat Israel yang mundur ke arah timur dikejar oleh pesawat Mesir. Sebuah pertempuran udara terjadi atas desa ini antara gelombang terakhir pesawat Israel dan mencegat MiG-21 Mesir. Komandan dari gelombang terakhir pesawat Israel, menyadari bahwa gelombang sebelumnya telah gagal dalam melaksanakan tujuan mereka dan ada lebih banyak pesawat Mesir di udara dari yang diharapkan, memutuskan untuk mundur. 

16:08, pesawat Israel terakhir meninggalkan wilayah udara mesir. Dan pertempuran berakhir.


Berbagai Klaim

Pukul 22.00 waktu setempat Radio Kairo menyiarkan "Komunike Nomor 39", mengumumkan beberapa pertempuran udara hari itu di beberapa lapangan udara Mesir, yang paling intensif atas wilayah Delta Utara. Ini menyatakan bahwa 15 pesawat musuh telah ditembak jatuh oleh pesawat tempur Mesir serta Mesir kehilangan 3 pesawat, termasuk pesawat Israel ditembak jatuh dekat Terusan Suez.

Keesokan harinya, 15 Oktober, Radio Israel mengklaim bahwa IAF telah menembak jatuh pesawat lima belas Mesir, yang kemudian jumlahnya dikurangi menjadi tujuh pesawat.

Sumber: Wikipedia

{ 6 komentar... read them below or Comment }

  1. Maaf, sumber WIKIPEDIA mana yang Anda rujuk. Berikut ini jalanya perang yg saya kutip juga dari WIKIPEDIA:

    PERANG YOM KIPPUR:
    Pada tanggal 6 Oktober 1973, pada hari Yom Kippur, hari raya Yahudi yang paling besar, ketika orang-orang Israel sedang khusyuk merayakannya, yang juga bertepatan dengan bulan Ramadan bagi ummat Islam sehingga dinamakan "Perang Ramadan 1973", Suriah, Libya dan Mesir menyerbu Israel secara tiba-tiba. Di dataran tinggi Golan, garis pertahanan Israel yang hanya berjumlah 180 tank harus berhadapan dengan 1400 tank Suriah. Sedangkan di terusan Suez, kurang dari 500 prajurit Israel berhadapan dengan 80.000 prajurit Mesir.

    Mesir mengambil pelajaran pada Perang Enam Hari pada tahun 1967 tentang lemahnya pertahanan udara sehingga saat itu 3/4 kekuatan udara Mesir hancur total sementara Suriah masih dapat memberikan perlawanan. Sadar bahwa armada pesawat tempur Mesir masih banyak menggunakan teknologi lama dibandingkan Israel, Mesir akhirnya menerapkan strategi payung udara dengan menggunakan rudal dan meriam anti serangan udara bergerak yang jarak tembaknya dipadukan. Angkatan udara Israel akhirnya kewalahan bahkan banyak yang menjadi korban karena berusaha menembus "jaring-jaring" pertahanan udara itu.

    Pada permulaan perang, Israel terpaksa menarik mundur pasukannya. Tetapi setelah memobilisasi tentara cadangan, mereka bisa memukul tentara invasi sampai jauh di Mesir dan Suriah. Israel berhasil "menjinakkan" payung udara Mesir yang ternyata lambat dalam mengiringi gerak maju pasukkannya, dengan langsung mengisi celah (gap) antara payung udara dengan pasukan yang sudah berada lebih jauh di depan. Akibatnya beberapa divisi Mesir terjebak bahkan kehabisan perbekalan. Sementara di front timur, Israel berhasil menahan serangan lapis baja Suriah.

    Melihat Mesir mengalami kekalahan, Uni Soviet tidak tinggal diam. Melihat tindakan Uni Soviet, Amerika Serikat segera mempersiapkan kekuatannya. Kemudian, Raja Faisal bin Abdul Aziz dari Arab Saudi mengumumkan pembatasan produksi minyak. Krisis energi muncul dan negara negara industri kewalahan lantaran harga minyak dunia membumbung tinggi. Dua minggu setelah perang dimulai, Dewan Keamanan PBB mengadakan rapat dan mengeluarkan resolusi 339 serta gencatan senjata dan dengan ini mencegah kekalahan total Mesir.

    Secara total 2.688 tentara Israel tewas dan kurang lebih 7.000 orang cedera, 314 tentara Israel dijadikan tawanan perang dan puluhan tentara Israel hilang (17 di antaranya bahkan sampai tahun 2003 belum ditemukan). Tentara Israel kehilangan 102 pesawat tempur dan kurang lebih 800 tank. Di sisi Mesir dan Suriah 35.000 tentara tewas dan lebih dari 15.000 cedera. 8300 tentara ditawan. Angkatan Udara Mesir kehilangan 235 pesawat tempur dan Suriah 135.

    BalasHapus
    Balasan
    1. itu versi Israel yang kamu baca, buktinya mesir masih eksis dan israel menarik mundur pasukannya dari mesir. Semua tahu israel dan usa itu tukang fitnah pembuat berita bohong. lha wong di vietnam dan korea saja usa kalah

      Hapus
    2. SEMUA orang yang mengerti sejarah konflik Israel-Arab, tentu tahu peristiwa “perang enam hari” tahun 1967.
      Perang itu diawali provokasi negara-negara Arab, terutama Mesir, di mana waktu itu Presiden Gamal Abdul Nasser memanas-manasi dunia Arab agar mengenyahkan Israel. Rencana mengenyahkan Israel tersebut dimotivasi antara lain sebagai wujud balas dendam atas kekalahan koalisi Arab pada perang Arab-Israel tahun 1948.


      Walhasil, militer dari negara-negara Arab, khususnya yang berbatasan dengan Israel, akhirnya standby di perbatasan siap menyerbu. Hal ini terdeteksi oleh agen-agen spion Israel yang kemudian memaksa pemerintah Israel untuk melakukan “serangan pencegahan” atau dikenal dengan sebutan pre-emptive strike.

      Sebenarnya, keputusan untuk melakukan “serangan pencegahan” menjadi perdebatan di kalangan internal pemerintah Israel. Pihak yang tidak setuju berargumen, bahwa dengan menyerang duluan, Israel akan menuai kecaman dunia. Namun pihak yang setuju berpendapat lain, bahwa jika Israel menunggu koalisi Arab melakukan penyerangan duluan, bisa dipastikan Israel akan kalah. Karena pada dasarnya kekuatan militer Israel (pada waktu itu) sangat kecil dari segi kualitas dan kuantitas dibanding kekuatan militer koalisi Arab.

      Akhirnya keputusan pun dibuat. Israel melakukan serangan mendadak ke sejumlah penjuru negara-negara Arab pada 5 Juni 1967.
      Serangan mendadak Israel tersebut berhasil. Hanya enam hari bertempur, kemenangan berpihak pada Israel. Dengan telak Israel berhasil mengalahkan koalisi Arab (Mesir, Yordania, dan Suriah plus bantuan dari Saudi Arabia, Kuwait, Irak, Sudan dan Algeria) dan mencaplok semenanjung Sinai dan Gaza dari Mesir, Tepi Barat dari Yordania, dan Dataran Tinggi Golan dari Suriah. Wilayah Israel meluas berlipat-lipat dari sebelumnya.

      Dalam perang ini, yang menarik bukan kemenangan Israel sebenarnya, tapi apa yang dipunyai Israel untuk memenangkan peperangan itu.

      Sekilas, mungkin kita mengira Israel memiliki peralatan perang yang canggih dan banyak, sehingga negara-negara besar itu mundur dan kalah. Padahal tidak sama-sekali!

      Fakta yang didapat dari wikipedia, bahwa modal perang yang dipunyai Israel saat itu masih kalah jauh dibandingkan negara-negara penyerbunya. Lengkapnya adalah sebagai berikut:

      Israel hanya memiliki 264.000 pasukan reguler, dan 197 pesawat tempur.
      Sementara musuhnya:
      Mesir 150.000 pasukan reguler, Syria 75.000, Yordania 55.000 dan Saudi Arabia 20.000. Ditambah 812 pesawat tempur!
      Total:
      264.000 tentara Israel vs 300.000 tentara negara koalisi.
      197 pesawat tempur Israel vs 812 pesawat tempur koalisi.

      Pihak koalisi Arab tidak hanya menang dalam persenjataan dan personel perang, TAPI JUGA PADA KORBAN PERANGNYA!

      Pihak Israel:
      779 tewas
      2.563 terluka
      15 menjadi tawanan

      Pihak koalisi Arab:
      21.000 tewas
      45.000 teluka
      6000 menjadi tawanan Israel
      Dan lebih dari 400 pesawat tempur koalisi Arab hancur!! (jumlah ini lebih banyak dari pesawat tempur yang dimiliki Israel!!)

      Bagaimana mungkin negara-negara koalisi tersebut kalah perang melawan Israel yang kecil?

      Amerika dan Inggris yang berkoalisi menumbangkan rezim Saddam, meski banyak diejek “pengecut” dan “beraninya main keroyokan”, masih lebih beruntung. Mereka menang dan Saddam berhasil digulingkan.

      Lha kalo negara koalisi yang menyerbu Israel tahun 1967?? Adakah kata yang lebih baik daripada “pengecut” dan “pecundang”??

      Hapus
  2. Dari kutipan yg saya posting dapat dilihat berapa banyak korban baik manusia maupun peralatan tempur dan bisa disimpulkan pihak mana yg kalah dan mana yg menang!!!!!!!

    BalasHapus
    Balasan
    1. bedanya "perang" dengan "pertempuran"??? suer ngakak ane bacanya.

      Hapus
  3. Sulit untuk mengukur kemenangan dalam perang, menang dalam jumlah korban jatuh, perebutan wilayah atau pengakuan pihak lawan?

    BalasHapus

Popular Post

Labels

Followers

Likenya Shivers =3

Diberdayakan oleh Blogger.

- Copyright © 2013 Hashfi Tobing a.k.a DJ William Vendetta - Oreshura - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -